Rabu, 22 November 2017

KARAWANG CENTRAL PLAZA

Mall Karawang Central Plaza atau dikenal dengan singkatan Mall KCP dibangun di atas lahan kurang lebih 3,8 hektar dan luas bangunan mall kurang lebih 25.000 M2, terdiri dari dua lantai yang pembangunannya dikelola salah satu anak perusahaan PT.Galuh Citarum, yaitu PT.Graha Buana Prima yang mulai beroperasi pada bulan Juli 2012.


Mall KCP ini merupakan salah satu sarana dari PT.Galuh Citarum selaku pengembang di Karawang yang mempunyai visi dan misi untuk pembangunan pusat niaga dan pemukiman asri, dimana Mall diharapkan dapat menjadi pusat niaga selain ruko-ruko yang sudah dibangun dan direncanakan dalam waktu dekat juga akan di bangun pasar bersih dan hotel.


Dengan adanya Mall ini diharapkan akan menyerap tenaga kerja sekitar 2000 Orang tenaga kerja dari masyarakat Karawang dan sekitarnya, serta diharapkan juga dapat meningkatkan perekonomian dan pendapatan daerah Karawang.

Sumber :
karawangcentralplaza. "About Karawang Central Plaza". 22/11/17. http://karawangcentralplaza.co.id/highlight1-About

Gambar :
Ig @galuhmaskarawang

GALUH MAS KARAWANG

PT Galuh Citarum berdiri di Karawang sejak tahun 2004 dengan mulai mengembangkan pusat hunian Galuh Mas sejak 2007 di atas lahan seluas 180 Ha. Galuh Mas memiliki konsep kota yang terintegrasi sehingga menjadikan kawasan Galuh Mas menjadi kota mandiri di Karawang. Berada dilokasi yang strategis di pusat kota Karawang, hanya 8 menit menuju exit tol Karawang Barat dan 9 menit menuju kawasan industry, PT Galuh Citarum selalu mengutamakan kepuasaan pelanggan dengan memberikan kualitas bangunan terbaik.

Hingga saat ini, Galuh Mas telah memiliki 11 cluster hunian, 11 ruko, dan 1 proyek housing yakni Rukost (Rumah Kost). Pada cluster hunian landed housing, Galuh Mas memiliki cluster Court Yard, City View, Grand Mediterania, Gardenia Park, Metropolis, May Flower, New Victorian, Pesona Mediterania, Victorian Residence, Primrose, dan River Garden.

Sedangkan untuk hunian commercial, Galuh Mas memiliki Ruko Court Yard, Ruko Grand Plaza, Ruko Arcadia, Ruko Emporium, Ruko Terraz, Ruko Primerose, Ruko Emerald Hill, Ruko Broadway, Ruko Mediterania, Ruko City Walk, Pasar Bersih Karawang, dan Ruko Street Festival.

Adapula Rukost yang merupakan proyek andalan Galuh Mas saat ini. Rukost dibangun dengan konsep rumah kos yang terbilang baru di industri properti, khususnya di Karawang. Dapat dikatakan bahwa Galuh Mas Karawang adalah pusat hunian yang menjadi pioneer konsep hunian baru ini.

Selain hunian nyaman, Galuh Mas juga dilengkapi dengan fasilitas komersil yang terintegrasi dalam satu kawasan yang disebut dengan Central Business Park (CBP). CBP berada di jantung kota mandiri Galuh Mas Karawang, memiliki luas sekitar 20 ha. Di dalamnya terdapat empat proyek komersil besar milik Galuh Mas Karawang. Proyek komersil besar pertama di Galuh Mas Karawang adalah Karawang Central Plaza (KCP). Pusat belanja dan gaya hidup masyarakat Karawang  ini dibangun sejak tahun 2012 di atas lahan 3,8 ha dengan luas bangunan 25ribu m2.

Ada pula Technomart, mall 3 lantai ini menyediakan beragam kebutuhan hobi, otomotif, perlengkapan teknik, dan industri, elektronik, dan furniture. Mall ini resmi dibuka pada Februari 2015. Technomart juga dilengkapi oleh area test drive seluas 2,2 ha yang selain digunakan sebagai tempat uji coba kendaraan baru, juga akan menjadi lokasi acara atau event promo berskala nasional, resmi dibuka sejak November 2014.

Fasilitas komersil lain adalah Hotel Mercure, hotel berbintang empat yang terdiri dari 12 lantai, hasil kerja sama Galuh Mas dengan grup Accor yang mengatur manajemen operasional hotel. Hotel ini resmi beroperasi pada Oktober 2015.

Hadir pula mal Festive Walk, yang merupakan pusat gaya hidup, hiburan, dan belanja terlengkap di Karawang yang resmi beroperasi pada Desember 2015. Festive Walk Mall dilengkapi dengan Taman Galuh, sebuah pusat hiburan dan kuliner yang akan menjadi terlengkap di Karawang. Selain itu, Galuh Mas Karawang menghadirkan wahana hiburan keluarga yaitu Wonderland Adventure Waterpark. Waterpark berukuran 3 ha ini telah hadir di Galuh Mas sejak Juni 2014.

Hingga setahun ini Wonderland Adventure Waterpark (WAW) telah menghadirkan kolam luncur sepanjang 12 meter (Gorilla Slide), kolam anak, kolam dewasa. Untuk tahap finalisasi, secepatnya Wonderland Adventure Waterpark akan menambahkan fasilitas kolam arus, crazy river, kolamearthquake dan racer slide
Sumber :
GaluhMas. "About Galuh Mas Karawang". 22/11/17. http://galuhmas.com/about-us/4
Gambar :
Ig : @galuhmaskarawang

RESINDA PARK MALL MENCURI PERHATIAN WARGA

Perkembangan pembangunan di Karawang terus melejit, selain hotel berbintang menjulang kelangit mulai mencolok. Kini giliran mall terbesar dan berkelas tinggi akan dinikmati warga Karawang pada November 2016 yang lalu.


Pada pertengahan bulan November 2016 yang lalu. Pihak padma resmi mengumumkan pembukaan Resinda Park Mall ternyata menuntaskan hasrat masyarakat Karawang untuk berbelanja. Nongkrong bersama keluarga, menikmati kuliner, memanjakan anak lewat berbagai permainan, serta kebutuhan lainnya.


Warga Karawang berharap Resinda Park Mall menjadi tempat berbelanja yang baru bagi masyarakat, dengan fasilitas yang komplit mulai dari bioskop, pakaian, hingga restoran.


Dalam pembukaan Resinda Park Mall, selain wahana ice skatting, ada juga berbagai hiburan yang akan ditampilkan. Bahkan tidak ketinggalan juga artis ibu kota Geisha yang ikut turut hadir menghibur pengunjung.


Pembukaan Resinda Park Mall dilakukan oleh Wakil Bupati Karawang Ahmad Jimmy, manajemen Resinda, tenant serta Kepolisian dan TNI. Masyarakat langsung menyerbu Resinda Park Mall yang memang sudah mencuri perhatian sejak masih dibangun.

Sumber :
Agatha, Marissa. "Resinda Park Mall Mencuri Perhatian Warga". 22/11/17. https://www.kompasiana.com/marissaagatha/resinda-park-mall-mencuri-perhatian-warga_58f49f3f3693738b537facb7

Selasa, 21 November 2017

PERMENKES RI NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN FISIOTERAPI


Sumber :
Physio, Wahyu."Permenkes 65 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Fisioterapi". 21/11/17. http://www.wahyuphysio.com/2016/02/permenkes-65-2015-standar-pelayanan-fisioterapi.html

PERMENKES RI NOMOR 80 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN DAN PRAKTIK FISIOTERAPIS


Sumber :
Kemenkumham, DJPP. "Berita Negara Republik Indonesia - DJPP Kemenkumham". 21/11/17. http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2013/bn1536-2013.pdf

Kamis, 12 Oktober 2017

SEJARAH SINGKAT LAHIRNYA KABUPATEN KARAWANG

Bila kita melihat jauh ke belakang, ke masa Tarumanegara hingga lahirnya Kabupaten Karawang di Jawa Barat, Berturut-turut berlangsung suatu pemerintahan yang teratur, baik dalam system pemerintahan pusat (Ibu Kota). Pemegang kekuasaan yang berbeda, seperti Kerajaan Taruma Negara (375-618) Kerajaan Sunda (Awal Abad VIII-XVI). Termasuk pemerintahan Galuh, yang memisahkan diri dari kerajaan Taruma Negara, ataupun Kerajaan Sunda pada tahun 671 M. Kerajaan Sumedanglarang (1580-1608, Kasultanan Cirebon (1482 M) dan Kasultanan Banten ( Abad XV-XIX M).

Sekitar Abad XV M, agama Islam masuk ke Karawang yang dibawa oleh Ulama besar Syeikh Hasanudin bin Yusuf Idofi, dari Champa, yang terkenal dengan sebutan Syeikh Quro, sebab disamping ilmunya yang sangat tinggi, beliau merupakan seorang Hafidh Al-Quran yang bersuara merdu. Kemudian ajaran agama islam tersebut dilanjutkan penyebarannya oleh para Wali yang disebut Wali Sanga. Setelah Syeikh Quro Wafat, tidak diceritakan dimakamkan dimana. Hanya saja, yang ada dikampung Pulobata, Desa Pulokalapa, Kecamatan Lemahabang Wadas, Kabupaten Karawang, merupakan maqom (dimana Syech Quro pernah Tinggal).
 
Pada masa itu daerah Karawang sebagian besar masih merupakan hutan belantara dan berawa-rawa. Hal ini menjadikan apabila Karawang berasal dari bahasa Sunda. Ke-rawa-an artinya tempat berawa-rawa. Nama tersebut sesuai dengan keadaan geografis Karawang yang berawa-rawa, bukti lain yang dapat memperkuat pendapat tersebut. Selain sebagian rawa-rawa yang masih tersisa saat ini, banyak nama tempat diawali dengan kata rawa, seperti : Rawasari, Rawagede, Rawamerta, Rawagempol dan lain-lain.
 
Keberadaan daerah Karawang telah dikenal sejak Kerajaan Pajajaran yang berpusat di daerah Bogor. Karena Karawang pada masa itu, merupakan jalur lalu lintas yang sangat penting untuk menghubungkan Kerajaan Pakuan Pajajaran denga Galuh Pakuan, yang Berpusat di Ciamis. Sumber lain menyebutkan, bahwa bukubuku Portugis (Tahun 1512 dan 1522) menerangkan bahwa : Pelabuhan-pelabuhan penting dari kerajaan Pajajaran adalah : "CARAVAN" sekitar muara Citarum. Yang disebut CARAVAN, dalam sumber tadi adalah daerah Karawang, yang memang terletak sekitar Sungai Citarum.
 
Sejak dahulu kala, bila orang-orang yang bepergian akan melewati daerah-daerah rawa, untuk keamanan, mereka pergi berkafilah-kafilah dengan menggunakan hewan seperti Kuda, Sapi, Kerbau atau, Keledai. Demikian pula halnya yang mungkin terjadi pada zaman dahulu, kesatuan-kesatuan kafilah dalam bahasa Portugis disebut “ CARAVAN ” yang berada disekitar muara Citarum sampai menjorok agak ke pedalaman sehingga dikenal dengan sebutan “ CARAVAN “ yang kemudian berubah menjadi Karawang. Dari Pakuan Pajajaran ada sebuah jalan yang dapat melalui Cileungsi atau Cibarusah, Warunggede, Tanjungpura, Karawang, Cikao, Purwakarta, Rajagaluh Talaga, Kawali, dan berpusat di kerajaan Galuh Pakuan di Ciamis dan Bojonggaluh.
 
Luas Kabupaten Karawang pada saat itu tidak sama dengan luas Kabupaten Karawang masa sekarang. Pada saat itu Kabupaten Karawang meliputi Bekasi, Subang, Purwakarta dan Karawang sendiri. Setelah Kerajaan Pajajaran runtuh pada tahun 1579 M, pada tahun 1580, berdiri Kerajaan Sumedanglarang, sebagai penerus Kerajaan Pajajaran dengan Rajanya Prabu Geusan Ulun, Putera Ratu Pucuk Umum (Disebut juga Pangeran Istri) dengan Pangeran Santri Keturunan Sunan Gunung Jati dari Cirebon.

Kerajaan Islam Sumedanglarang pusat pemerintahannya di Dayeuhluhur dengan membawahi Sumedang, Galuh, Limbangan, Sukakerta dan Karawang. Pada tahun 1608 M, Prabu Geusan Ulum wafat digantikan oleh puteranya Ranggagempol Kusumahdinata, putera Prabu Geusam Ulum dari istrinya Harisbaya, keturunan Madura. Pada masa itu di Jawa Tengah telah berdiri Kerajaan Mataram dengan Rajanya Sultan Agung (1613-1645), Salah satu cita-cita Sultan Agung pada masa pemerintahannya adalah dapat menguasasi Pulau Jawa dan menguasai Kompeni (Belanda) dari Batavia. Rangggempol Kusumahdinata sebagai Raja Sumedanglarang masih mempunyai hubungan keluarga dengan Sultan Agung dan mengajui kekuasaan mataram. Maka pada tahun 1620, Ranggagempol Kusumahdinata menghadap ke Mataram dan menyerahkan Kerajaan Sumdeanglarang dibawah naungan Kerajaan Mataram.

Sejak itu Sumedanglarang dikenal dengan sebutan “PRAYANGAN”. Ranggagempol Kusumahdinata, oleh Sultan Agung diangkat menjadi Bupati Wadana untuk tanah Sunda dengan batas-batas wilayah disebelah Timur Kali Cipamali, sebelah Barat Kali Cisadane, dsebelah Utara Laut Jawa dan, disebelah Selatan Laut Kidul. Karena Kerajaan Sumedanglarang ada di bawah naungan Kerajaan Mataram, maka dengan sendirinya Karawang pun berada di bawah kekuasaan Mataram. Pada Tahun 1624 Ranggagempol Kusumahdinata wafat; dimakamkan di Bembem Yogyakarta. Sebagai penggantinya Sultan Agung mengangkat Ranggagede, putra Prabu Geusan Ulun, dari istri Nyimas Gedeng Waru dari Sumedang, Ranggagempol II, putra Ranggagempol Kusumahdinata yang mestinya menerima Tahta Kerajaan. Merasa disisihkan dan sakit hati. Kemudian beliau berangkat ke Banten, untuk meminta bantuan Sultan Banten, agar dapat menaklukan Kerajaan Sumedanglarang. Dengan Imbalan apabila berhasil, maka seluruh wilayah kekuasaan Sumedanglarang akan diserahkan kepada Sultan Banten. Sejak itu Banyak tentara Banten yang dikirim ke Karawang terutama di sepanjang Sungai Citarum, di bawah pimpinan Pangeran Pager Agung, dengan bermarkas di Udug-udug. Pengiriman bala tentara Banten ke Karawang, dilakukan Sultan Banten, bukan saja untuk memenuhi permintaan Ranggagempol II, tetapi merupakan awal usaha Banten untuk menguasai Karawang sebagai
persiapan merebut kembali Pelabuhan Banten, yang telah dikuasai oleh Kompeni (Belanda) yaitu Pelabuhan Sunda Kelapa.
 
Masuknya tentara Banten ke Karawang beritanya telah sampai ke Mataram, pada tahun 1624 Sultan Agung mengutus Surengrono (Aria Wirasaba) dari Mojo Agung Jawa Timur, untuk berangkat ke Karawang dengan membawa 1000 prajurit dan keluarganya, dari Mataram melalui Banyumas dengan tujuan untuk membebaskan Karawang dari pengaruh Banten. Mempersiapkan logistik dengan membangun gudanggudang beras dan meneliti rute penyerangan Mataram ke Batavia.
 
Di Banyumas, Aria Surengrono meninggalkan 300 prajurit dengan keluarganya untuk mempersiapkan Logistik dan penghubung ke Ibu kota Mataram. Dari Banyumas perjalanan dilanjutkan dengan melalui jalur utara melewati Tegal, Brebes, Cirebon, Indramayu dan Ciasem. Di Ciasem ditinggalkan lagi 400 prajurit dengan keluarganya, kemudian perjalanan dilanjutkan lagi ke Karawang. Setibanya di Karawang, dengan sisa 300 prajurit dan keluarganya, Aria Surengrono, menduga bahwa tentara Banten yang bermarkas di udug-udug, mempunyai pertahanan yang sangat kuat, karena itu perlu di imbangi dengan kekuatan yang memadai pula.

Langkah awal yang dilakukan Surengrono membentuk 3 (Tiga) Desa yaitu desa Waringinpitu (Telukjambe), Parakan Sapi (di Kecamatan Pangkalan) yang kini telah terendam air Waduk Jatiluhur dan desa Adiarsa (sekarang termasuk di Kecamatan Karawang), pusat kekuatan di desa Waringipitu. Karena jauh dan sulitnya hubungan antara Karawang dan Mataram, Aria Wirasaba belum sempat melaporkan tugas yang sedang dilaksanakan Sultan Agung. Keadaan ini menjadikan Sultan Agung mempunyai anggapan bahwa tugas yang diberikan kepada Aria Wirasaba gagal dilaksanakan. Pengabdian Aria Wirasaba selanjutnya, lebih banyak diarahkan kepada misi berikutnya yaitu menjadikan Karawang menjadi “lumbung padi” sebagai persiapan rencana Sultan Agung menyerang Batavia, disamping mencetak prajurit perang.

Tugu "Lumbung Padi", Karawang

Di desa Adiarsa, sangat menonjol sekali perjuangan keturunan Aria Wirasaba. Walaupun keturunan Aria Wirasaba oleh Belanda hanya dianggap sebagai patih di bawah kedudukan Bupati dari keturunan Singaperbangsa, tetapi ditinjau dari segi perjuangan melawan Belanda, pantas mendapat penghargaan dan penghormatan.
 
Karena perlawanannya terhadap Belanda, akhirnya Aria Wirasaba II ditangkap oleh Belanda dan ditembak mati di Batavia, Kuburannya ada di Manggadua, di dekat Makam Pangeran Jayakarta. Putra Kedua Aria Wirasaba, yang bernama Sacanagara bergelar Aria Wirasaba III, berpendirian sama dengan Aria Wirasaba I dan II, tidak mau tunduk pada Belanda, serta tidak meninggalkan misi sesepuhnya, yaitu memajukan pertanian rakyat, irigasi dan syiar Islam. Aria Wirasaba III meninggalkan kedudukannya sebagai patih, karena dirasakannya hanya menjadi jalur untuk menekan rakyatnya. Setelah wafat beliau dimakamkan di Kalipicung, termasuk desa Adiarsa sekarang.

Sumber : http://www.karawangkab.go.id/sekilas/sejarah-karawang